Diduga Terserang Virus Puluhan Sapi Mati Mendadak
Reporter : Dino Martin
- Peternak Harapkan Perhatian dan Kepedulian Pemerintah
PALEMBANG, SIBERSUMSEL.com,- Sebanyak 19 ekor sapi Bali milik Agus Cahyono salah satu peternak sapi yang tinggal di Jalan Sungai Serapat II Palembang mati mendadak. Kematian puluhan sapi tersebut di duga di karenakan terjangkit virus Jambrana dan virus Sura. Akibatnya Agus Cahyono mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah.
“Sapi Bali milik saya yang sehat tiba tiba sesak nafas, mulut sapi ada luka berdarah dan keluar lendir lalu mati mendadak,” kata Agus saat ditemui di kandang sapi milik Haji Nanang di Sukawinatan.
Menurut Agus, sapi miliknya mati secara mendadak berlangsung secara bertahap selama dua minggu, tepatnya sejak akhir Oktober yang lalu.
“Selama dua minggu ini, sapi tersebut saling nyusul hampir tiap malam ada yang mati 2 hingga 3 ekor sapi,” kata Agus.
Sapi – sapi milik Agus yang mati tersebut berumur sekitar 1,5 tahun yang ia beli dari luar kota seperti Tanjung Raja dan Lampung sekitar satu bulan yang lalu. Bahkan ada satu sapi Bali yang ada sejak sebelum lebaran haji yang turut mati mendadak.
“Waktu tiba di peternakan milik saya, kesehatan nya terlebih dahulu di cek, di suntik vaksin dan di kasih anti biotik bahkan kita karantina juga,” ujarnya.
Selama menjadi peternak sapi sekitar 20 tahun, Agus mengaku kejadian tersebut sudah dua kali dialaminya. Pertama di tahun 2018 lalu sebanyak 14 ekor sapi dan kedua di tahun 2021 ini.
“Selalu sapi Bali yang mati mendadak, sempat tidak mau lagi ternak sapi Bali, namun permintaan yang paling banyak itu Sapi Bali,” katanya.
Agus menjelaskan, Sapi Bali itu memiliki daging yang banyak, tulang nya kecil dan harga lebih tinggi dari sapi local yakni di atas Rp 20 juta.
“Awalnya ada 10 sapi yang mati mendadak, saya kira di sebab kan karena kandang nya yang kurang steril. Lalu saya coba pindahkan ke kandang milik Haji Nanang, di karenakan kandang nya lebih steril. Akan tetapi masih juga mati mendadak sehingga jumlahnya sudah ada 19 ekor sapi,” jelasnya dengan mata yang berkaca.
Agus pun mengaku, beberapa hari yang lalu ada dokter dari Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI ) Sumsel yang datang untuk periksa sapi yang mati tersebut dan ketika perutnya di belah, ternyata paru paru, limpah dan hati sapi sudah rusak parah.
“Kami berharap ada perhatian dari pemerintah karena kejadian sapi mati mendadak di tahun 2018 dan 2021 ini kami tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama Walikota dan Wakil Walikota Palembang. Bahkan juga Pak Gubernur, tidak ada sama sekali perhatian dan bantuan nya,” ungkap Agus.
Agus pun mengaku, ketika menjelang Idul Adha saja, ada team dinas terkait yang datang dan kontrol selebihnya tidak ada.
“Bahkan saat kami mengalami kerugian seperti ini pun tidak ada juga mereka memberikan solusi nya agar ke depan tidak ada lagi ternak yang mati mendadak seperti ini,” ungkapnya.
Untuk klaim di Asuransi juga ia mengalami kendala dan kesulitan, tidak bisa sama sekali mencairkan asuransi nya sehingga tidak dapat bantuan.
“Jika di tahun 2018 lalu ada 14 sapi yang mati mendadak seperti ini, kami bisa mengklaim asuransi sehingga bisa cair. Namun jumlahnya tidak sesuai dengan yang di janjikan pihak asuransi, tapi untuk di tahun 2021 ini tidak bisa cair sama sekali,” katanya.
Bahkan lanjut Agus premi tahunan yang biasanya di bayar Rp 200 ribu/ekor/tahun tiba tiba pihak asuransi nya menaikkan lebih dari 100 persen, yakni Rp 475 ribu/ekor/tahun.
“Kami tidak minta banyak, kami hanya minta solusi yang terbaik dari pihak pemerintah terutama dinas terkait. Jangan saat menjelang lebaran haji saja mereka datang, tiap kandang di control terus menerus. Namun ketika saat terpuruk kayak gini tidak ada perhatian sama sekali, kami ini peternak bukan pengusaha,” paparnya.