Kematian Ratusan Ekor Sapi di Palembang diduga Akibat Virus Jembrana dan Parasit Darah

 Kematian Ratusan Ekor Sapi di Palembang diduga Akibat Virus Jembrana dan Parasit Darah

Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan saat meninjau kandang sapi yang mati milik salah satu peternak di Palembang. Foto : Dino Martin, sibersumsel.com

Reporter : Dino Martin

  • Peternak Sapi di Imbau Tidak Mendatangkan Sapi dari Luar Kota

PALEMBANG, SIBERSUMSEL.com,- Sapi yang mati mendadak di Kota Palembang ternyata mencapai ratusan ekor sapi. Bakan dari laporan yang di terima oleh Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan jumlah sapi yang mati mendadak mencapai 104 ekor sapi.

Kepala Bidang (Kabid) Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan) pada Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan, Dr Novayanti MSi, yang meninjau kandang ternak sapi yang dikabarkan mati mendadak di Sukawinatan Senin (15/11/2021), mengatakan mendapatkan laporan adanya kematian sapi di Kota Palembang secara mendadak dan dalam jumlah yang cukup banyak pada awal November 2021.

Dari hasil dari team petugas yang di turunkan pertama kali pada (5/11/21), didapatkan laporan ada 79 ekor sapi dari 13 kandang yang terdata mati. Kematian sapi-sapi tersebut di curigai adanya virus kemudian ada nya MCF (Malignant Cattaral Fever) atau parasit darah.

“Semakin banyak lagi laporan dari peternak yang masuk ke kami dan sampai hari ini terdata dan yang terlapor sudah sekitar 104 sapi yang mati, ternyata kasus ini semakin berkembang dan kemungkin ada beberapa peternak yang belum laporan ke pihak kami,” ujarnya.

Novayanti juga mengatakan bahwa hasil dari petugas yang turun pertama kelapangan pihaknya sudah menindak lanjuti dengan mengirimkan spesimen ke Balai Veteriner (BVET) Lampung untuk di periksa. Perkiraan diagnosa awal dari dokter hewan yang turun ke lapangan ada kecurigaan parasit darah selain virus Jembrana.

Selain itu sapi-sapi yang mati juga terindikasi sudah ada riwayat penyakit sebelumnya. Akibatnya ketika didatangi virus (Komberfit) tingkat kesehatan sapi menurun sehingga kematian sapi lebih cepat meningkat.

“Kami mensosialisasikan kepada seluruh peternak agar kedepannya untuk lebih berhati hati dalam memilih ternak dan memasukan sapi dari luar. Seharusnya di tanya dulu sapi yang datang ke kita apakah sapi ini sudah di vaksin dari tempat asal apakah belum, atau bisa menghubungi pihak kami untuk memvaksin sapinya satu persatu. Ideal sapi itu sudah di vaksin dari tempatnya,” sebelum di pindahkan ke tempat lain,” jelas Nova.

Lebih lanjut Novayanti mengatakan pihaknya membagikan desinfektan untuk sanitasi kandang dan bisa juga untuk diminum oleh ternak. Sedangkan untuk sapi – sapi yang sudah sakit di beri tindakan dengan pemberian antibiotik dan obat dan lainnya sambil menunggu hasil Bvet.

Novayanti menambahkan qinfo dari Bvet di Lampung hasil sampel sapi yang kami datangkan pada tanggal (5/11/21) lalu  yg positif Jembrana ada satu sampel peternak sapi atas nama  KAIRUDIN  sedangkan sampel yg lain karena kecil jadi harus di proses lagi.

Sementara itu Pejabat Otoritas Veteriner Kota Palembang yang juga ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumsel, Dr drh Jafrizal MM, mengatakan pihaknya turun kelapangan dikarenakan ada kematian lagi satu ekor sapi.

Dari hasil pemeriksaan sapi yang mati tidak ada gejala serius, hanya saja tidak mau makan, terjadi kekejangan pada otot leher. Untuk gejala tersebut tidak mengarah ke suatu penyakit.

“Tidak mau makan adalah gejala umum tapi ada yang berpengaruh ke pernafasan ini kita coba untuk autopsi, ternyata terjadi peradangan pada paru paru yang menghitam, kita mengarahkan ke penyakit saluran pernapasan, ada penyakit SE, MCF kita ingin memastikan diagnosa nya nanti apabila sudah ada hasil dari laboratorium,” Ungkapnya.

Jafrizal mengungkapkan bahwa penyakit ini arahnya ke Jembrana, hanya ada beberapa sapi yang tidak mengarah ke Jembrana, kita khawatir ada komberfit nya, ada yang tidak ada gejala, ada yang tidak mau makan saja dan hiperselipasinya tidak terjadi. Hanya tidak mau makan inilah yang akan di pastikan apakah ada parasit darah.

“Ada pengurangan kematian dari sebagian kandang yang kita lakukan pengobatan parasit darah, dan ada yang tidak terjadi kematian. Seperti yang terjadi dikandang milik Haji Nanang sebenarnya sudah kita lakukan pengobatan vaksin darah tapi terjadi juga kematian. Makanya kita mau pastikan dari kandang ini kita kirimkan sampel ke Bvet,” ujarnya.

Jafrizal mengungkapkan kasus ini merupakan kasus yang berulang dari 2018, dan awalnya 2021 sudah terjadi kematian 19 ekor, kemudian ini juga terjadi lagi.

“Sebenarnya kita sudah sampaikan kepada peternak di awal Oktober lalu  jangan membeli hewan yang berasal dari Lahat dan Jambi karena kedua daerah itu saat ini sedang terjadi kasus sapi. Ternyata di pertengahan awal Oktober sapi tersebut sudah masuk ke Palembang,” kata Jafrizal.

Jafrizal berharap semua peternak untuk mematuhi Peraturan Walikota Nomor 56 Tahun 2018 terkait penyediaan hewan kurban harus memenuhi persyaratan administrasi adalah punya surat keterangan kepemilikan hewan(SKHH) atau surat kesehatan hewan (SKH). Jadi tidak boleh membeli hewan yang tidak memiliki SKKH atau SKH harus jelas tercantum darimana hewan tersebut berasal.

“Dengan adanya SKKH kita bisa menelusuri dari mana hewan tersebut berasal. Apakah lagi ada kasus atau tidak, ini untuk mengamankan peternak sendiri. Di harapkan juga kewenangan lalu lintas antar provinsi itu berada di Dinas Perhubungan Provinsi. Bisa di telusuri lagi kita bersama Pemkot Palembang untuk mengamankan peternak di Palembang,” tukasnya.

Share this:

Tinggalkan Komentar Anda Mengenai Berita Ini, Harap berkomentar dengan sopan dan bijak.

Related post