Pengamat Olahraga Nilai Polemik di KONI Sumsel Akibat Miss Communication

Pengamat Olahraga Sumsel , Agus Suheri Arsyad. Foto : Larassati, sibersumsel.com

Penulis : Larassati
Editor : Mamnuro’aini
- Agus Suheri : Harusnya Saling Introspeksi
Palembang, SIBERSUMSEL.com,- Pengamat yang peduli dengan olahraga Sumsel , Agus Suheri Arsyad, sangat menyayangkan polemic yang saat ini terjadi di tubuh KONI Sumsel. Agus Suheri mengatakan harusnya peristiwa itu tidak perlu terjadi jika ada komunikasi yang baik antara atlet, pelatih dan pengurus KONI Sumsel.
“Mungkin ada bentuk miskomunikasi saja antara ketiga pihak,” ucap pria yang pernah menjabat sebagai Ketua Persatuan Olahraga Bilyard Seluruh Indonesia (POBSI) Sumsel saat dibincangi, Minggu (15/8/2021).
Menurut Agus Suheri, faktor miskomunikasi tersebutlah yang kemungkinan menjadi pemicu rasa praduga, kesal hingga amarah berkepanjangan semua pihak. Sehingga puncak dari rasa tersebut yang memicu aksi protes turun ke jalan hingga meminta sumbangan.
Aksi ini menjadi perwujudan simbol rasa ketidakpuasan berkepanjangan dari atlet-pelatih. Agus Suheri berpendapat sebaiknya pihak KONI dalam menyikapi itu tidak cepat mengambil keputusan dan menggiring kondisi itu dengan hal yang dipolitisasi.
“Ketika ada masalah, harusnya semua pihak intropeksi dan evaluasi. Duduklah bersama lalu saling memaafkan. Cari solusi demi membesarkan nama Sumsel dalam ajang PON XX nanti, ” kata Agus Suheri.
Sebagai lembaga yang menaungi dan membina para atlet dan pelatih, pengurus KONI yang sebagai induk olahraga lanjut dia menempatkan diri sebagai orangtua dimana atlet-pelatih adalah anaknya.
“Ketika anak melakukan kesalahan. Panggil dan tegur. Lalu ajak bicara dari hati ke hati. Mungkin si anak juga tidak tahu apa dampak dari yang sudah mereka lakukan, kita sebagai orangtua juga harus berjiwa kesatria,” ujarnya.
Menurutnya, pola reward dan punishment tidak bisa diberlakukan untuk atlet dan pelatih. Karena mereka hanya tahu reward atas hasil yang sudah dikerjakan. Sementara pemberlakuan punishment dalam kondisi seperti ini justru akan mendown-kan mental atlet yang akan berlaga.
“Apalagi pelaksanaan PON XX di Papua tinggal menghitung bulan saja. Makin keras punishment yang diberikan pengurus KONI akan berdampak buruk pada mental atlet dan pelatih dalam laga PON nanti,” ujarnya.
Apalagi lanjut Agus Suheri, pihak KONI melalui Tim Pelatda, atlet dan pelatih juga sudah melakukan berbagai persiapan menuju laga tanding tersebut. Jangan sampai, apa yang sudah dilakukan akan menjadi sia-sia dan ujung-ujungnya nama Sumsel yang akan dipertaruhkan.
“Persiapan yang dilakukan KONI dan panitia Pelatda juga saya lihat tidak main-main. KONI juga sangat serius dan menginginkan para atlet dan pelatih bisa mencapai hasil maksimal. Jangan sampai semua sia-sia hanya karena masalah seperti ini,” harapnya.
Oleh sebab itu Agus Suheri mengimbau agar semua pihak dengan kepala dingin untuk sama-sama saling introspeksi. Atlet dan pelatih juga harus berjiwa besar untuk memahami kondisi minimnya anggaran saat ini. Jika perlu, manfaatkan peralatan tanding seadanya jika kondisinya memang sudah tidak memungkinkan lagi untuk dipesan.
“Yang penting displin dan mental kita, harus kuat berjuang bahwa kita harus menang. senjata meski itu penting, kalau tetap tidak bisa, mau bagaimana lagi,” katanya.
Dia pun mengakui, untuk peralatan dan kelengkapan bertanding memang wajib sudah ada minimal dua minggu sebelum laga dimulai, karena cabor dengan spesifikasi tertentu harus dilakukan penyesuaian standar lapangan.
Saat ini, memang masih ada waktu untuk mengejar penyediaan fasilitas tersebut, pihak KONI tentu akan berupaya semaksimal mungkin melengkapi. Namun, jika memang sudah tidak terkejar lagi, apalagi saat ini, pelaksanaan PON di Papua sudah menghitung bulan, atlet dan pelatih juga harus berbesar hati.
Share this:
