Sekolah Filial Palembang Percontohan Tingkat Nasional
Penulis : Larassati
Editor : Mamnuro’aini
PALEMBANG, SIBERSUMSEL.com,- Sekolah Filial merupakan sekolah anak jalanan dan anak putus sekolah dibawah naungan Dinas Pendidikan Kota Palembang yang diluncurkan sejak tahun 2019. Sekolah ini kini menjadi percontohan di tingkat Nasional menampung dan memberikan pendidikan bagi anak jalanan dan anak putus sekolah.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala SKB dan sekolah Filial Kota Palembang, Drs Herman Wijaya MSi, saat diwawancarai di ruang kerjanya bertempat di jalan Srijaya, Selasa (7/9/2021).
Herman mengatakan sekolah Filial dibuat untuk menampung anak-anak jalanan dan anak-anak yang putus sekolah karena keterbatasan materi untuk bisa bersekolah kembali, faktor penyebab anak yang putus sekolah diantaranya tidak punya biaya untuk sekolah, kenakalan dan sebagainya.
Ia menerangkan, sekolah filial ini menginduk pada sekolah negeri yang ada di Kota Palembang, yakni ke SDN 238, SMPN 39 dan SMAN 11 Palembang.
“Setiap guru sekolah tersebut dapat juga mengajar di sekolah filial ini dan dibantu guru honorer yang ada di Kota Palembang, ” kata Herman
Herman mengatakan untuk sistem pembelajaran filial dibagi menjadi tiga yakni sistim tatap muka, modul dan daring. Dalam kondisi pandemi saat ini diterapkan sistim modul dan daring tetapi untuk pembelajaran secara daring tidak efektif karena sulit dilakukan anak jalanan yang umumnya tidak punya smartphone.
“Anak jalanan umumnya tidak mempunyai hp android sehingga sulit untuk memberikan pelajaran secara daring, makanya sistim yang sering kita gunakan adalah sistim modul. Mereka seminggu sekali datang ke sekolah ambil tugas kemudian minggu depan kumpul dan ambil tugas baru lagi,” ungkapnya.
Pihaknya mengatakan solusinya pembelajaran dilakukan satu minggu tiga kali ke sekolah dengan bergantian menjadi dua shift diantaranya hari senin, rabu dan jumat atau hari selasa, kamis dan sabtu agar tidak memberatkan siswa yang bekerja.
“Banyak anak-anak siswa kita yang bekerja, mereka putus sekolah biasanya karena untuk memenuhi kebutuhan, jadi kita beri kesempatan mereka bekerja mencari uang untuk makan,” ujarnya.
Dalam hal ini lanjut Herman, anak-anak tersebut difasilitasi seperti pakaian seragam, sepatu dan bahkan biaya transportasi mereka ditanggung dengan diberikan card transmusi sehingga gratis untuk memgakses transmusi.
“Naik transmusi gratis, siswa menunjukkan kartu yang telah ditandatangani Walikota maka gratis,” katanya.
Herman menambahkan, anak yang sekolah filial ini berbeda dengan sekolah formal lainnya, latar belakang yang memprihatinkan, maka cara mendidik pun harus menggunakan hati nurani tidak bisa dengan cara yang keras.
“Orang-orang yang mengajar disini orang yang mempunyai kepekaan dan memang harus sabar. Akan menemukan siswa yang bertato, rambut gondrong maka mengajar dengan hati nurani tidak bisa dengan cara yang keras,” urainya.
Seharusnya himbauan kita pengelolaan sekolah filial ini berkolaborasi antara Dinas-dinas yang terkait.
“Misalnya Dinas sosial, untuk masalah akhlak ada Departemen agamanya, untuk kenakalannya mungkin kita ada kerjasama dengan Pol PP, Kepolisian dan sebagainya,” pungkasnya.