Puluhan Massa SCW Datangi Kantor BPS Sumsel

 Puluhan Massa SCW Datangi Kantor BPS Sumsel

• Sriwijaya Coruption Word (SCW) Datangi Kantor BPS Sumsel Rabu (28/7/2021). Foto : Larassati, sibersumsel.com

Penulis : Larassati

Editor   : Mamnuro’aini

  • BPS Butuh Waktu Tiga Bulan untuk Penurunan Warga Miskin di Sumsel

PALEMBANG, SIBERSUMSEL.com,- Puluhan massa dari Sriwijaya Coruption Word (SCW) yang mendatangi Kantor BPS Sumsel Rabu (28/7/2021). Mereka mempertanyakan pernyataan BPS yang menyebut angka kemiskinan di Sumsel turun, padahal secara kasat mata, era Pandemi hingga PPKM saat ini, rakyat miskin justru bertambah. Warga makin sulit mencari makan, angka pengangguran meningkat hingga banyaknya bantuan sosial yang disalurkan pemerintah dan lembaga lain.

Ketua Sriwijaya Coruption Word (SCW), Sanusi, menyampaikan resume yang disampaikan BPS sangat lucu dan kontra dengan kenyataan di lapangan. Bahkan terkesan mengundang polemik di masyarakat.

“Menjadi hal yang lucu bahwa angka kemiskinan di masa pandemi ini menurun, sedangkan masyarakat sekarang mengalami kesusahan dan banyak fakta di lapangan kemiskinan cukup tajam, ini kok malah angkanya menurun,” katanya.

Dia mempertanyakan tolak ukur perhitungan seperti apa, sampel yang dinilai siapa. Jangan sampai, kata Sanusi, demi menyenangkan pimpinan, BPS membolak balikkan data sampel sehingga hasil yang didapatkan pun sangat rancu dan kontraproduktif.

Menanggapi itu, zulkipli mengklaim bahwa pihaknya sangat netral dan memastikan sampel data yang masuk sudah diukur dengan kondisi di lapangan. Pihaknya pun tidak pernah memihak siapa pun dan demi menyenangkan apapun agar mendapatkan hasil hitung angka dan kesimpulan yang diinginkan.

“Ini data real, saya tidak dilantik Gubernur. Jadi data angka kemiskinan ini adalah benar,” katanya.

BPS Sumsel, saat menemui massa SCW Rabu 928/7/2021). Foto : Larassati, sibersumsel.com

Dia menjelaskan, BPS secara periodik memiliki jadwal perhitungan pengambilan sampel. Untuk data kemiskinan itu, sampel diambil pada Maret, 2021 lalu dan  langsung dilakukan pengolahan. Pihaknya menggunakan 11.100 sampel yang dipilih secara acak dan dikerjakan oleh 400 orang untuk pengambilan sampel. 

“400 orang ini kita kerahkan untuk pengambilan sampel secara acak pada 17 kabupaten kota. Saat ini kami mengecek 11.100 sampel. Data yang didapat lalu di entry pada masing-masing BPS Kabupaten Kota ke pusat. Pihak pusat melakukan pengolahan dan hasilnya baru kita umumkan ke masyarakat, ” ungkapnya.

Dia juga mengibaratkan bahwa warga miskin di Sumsel itu sebagai ikan yang hidup di laut. Mereka hidup dan berenang di area paling dalam, sedang dan mendekati permukaan laut atau garis permukaan terluar. Dan khusus di Sumsel, warga miskinnya  adalah ikan yang berada mendekati permukaan laut.

“Karena banyaknya bantuan dari pemerintah makanya ikan-ikan tadi di support pemerintah untuk naik. Ketika mereka naik inilah, maka mereka lepas dari garis kemiskinan. Dan sampel ini yang kita katakan angka kemiskinan menurun,” katanya.

Menurut dia, sample untuk menentukan angka kemiskinan dalam satu keluarga itu dari biaya pengeluaranya, Rp 2,4 juta yang dibelanjakan perbulan per-KK. Saat ini dari 8,49 juta penduduk di Sumsel, Warga Miskin hanya berkisat 1,13 juta saja. Dirinya juga menjelaskan perbedaan data kemiskinan antara Dinas Sosial dan BPS Sumsel.

“Ini dikarenakan beda metode yang digunakan untuk menghitung angka kemiskinan,” jelasnya.

Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel Ternyata butuh waktu hingga tiga bulan untuk menyebut Warga miskin di Sumsel turun, dari 1,19 juta  menjadi 1,13 juta penduduk.

Kepala BPS Sumsel, Zulkipli MSi, mengatakan proses pengambilan sampel, entry data hingga pengelolaan dan pengambilan keputusan memakan waktu hingga tiga bulan. Jadi Maret di ambil sampel, dan Juli baru diumumkan.

Share this:

Tinggalkan Komentar Anda Mengenai Berita Ini, Harap berkomentar dengan sopan dan bijak.

Related post